Horizontal Navigation

Saturday, May 31, 2014

Prasasti Pengotan C

Ib.
  1. Pada tahun 1103 Çaka bulan Śrawana (Sasih Kasa, pertengahan bulan Juli-Agustus) hari kesembilan Śuklapakṣa (paro těrang, hari menuju bulan Purnama), Maulu, Paing, Buda (Rabu), Wuku Wayang pada waktu itulah saatnya perintah paduka 
  2. Śri Māhāraja Haji Jayapangus Arkajacihña, beserta kedua permaisurinya, paduka Bhatāri Śri Parameśwari Indujalañcana dan paduka Śri 
  3. Mahadewi Śaśangkajäketana, bersabda kepada para senāpati untuk diteruskan kepada para pejabat tinggi kerajaan anggota Dewan Majelis Permusyawaratan Paripurna Kerajaan, 
  4. terutama kepada para pendeta Śiwa dan Buddha, Rsi dan para Brahmana Agung. Adapun perintah paduka raja yang diturunkan paduka śri māhāraja kepada beliau semua sebab baginda telah mendengar 
  5. kesusahan penduduk desa, bingung, tidak tahu daya upaya sangat kecewa dalam bertukar pikiran dengan petugas raja yang mengumpulkan serta memungut pajak yang dikenakan 
  6. setiap bulan Cetra. Itulah yang menyebabkan hancurnya, kegelisahan penduduk desa, risau tidak terhingga, tidak ingat melaksanakan segala pekerjaan di desanya
IIa.
  1. sebab terbengkalainya drwyahajyanya. Oleh karena penduduk desa telah diketahui keturunan weśya sejak dahulu, sekarang dan seterusnya yang merupakan sarana dalam melaksanakan pekerjaannya, 
  2. mata pencaharian dalam mengembangkan kehidupannya di dunia maka timbullah kebijaksanaan paduka raja, sebab baginda telah mendengar intisari ajaran Manawakamandaka 
  3. untuk melenyapkan kesedihan demi kesejahteraan negara yang dijaganya, agar tetap tegaknya sapta nagara sesuai dengan kewibawaaan baginda sebagai raja 
  4. penguasa dunia, pelindung dunia yang dihormati seluruh rakyat di pulau Bali. Itulah sebabnya ditegaskan oleh śri māhāraja 
  5. bahwa seluruh drwyahaji penduduk desa di Basangkara yang seharusnya mereka serahkan boleh dijadikan miliknya agar tetap utuh serta sempurna desanya. Mereka tidak boleh merintangi seluruh padrwyahajyanaya 
  6. kelak sampai seterusnya, itulah sebabnya penduduk desa Basangkara sewilayahnya diberikan menjaga sanghyang raja prasasti sebagai pegangan,
IIb.
  1. dan mereka harus menjaganya, bagai menjaga dirinya sendiri. Mereka harus menyerahkan drwyahaji di Kahirwan sejumlah 1 māśāka, těmwan 2 kūpang masing-masing 
  2. tidak panusuna penyerahannya dilakukan pada sidang istana tiap bulan Cetra hari ketiga yang diterima oleh petugas raja yang mengumpulkan dan menjaga pajak. Mereka tidak dikenakan pangleyö, pelaris 
  3. pangiwo, patikěl tanah, tidak dikenakan segala jenis saji-sajian, dan lain-lain. Adapun drwyahaji mengenai barang bawaan harus membayar 1 māśāka, těmwan 2 kūpang masing-masing, 
  4. tidak ditumpuk, penyerahannya dilakukan pada sidang istana setiap bulan Cetra pada hari ketiga dan diterima oleh petugas raja yang bertugas mengumpulkan dan menjaga pajak, tidak dikenakan pangleyö, pelaris, 
  5. pangiwo, patikěl tanah, tidak dikenakan segala jenis saji-sajian, dan lain-lain. Adapun drwyahajyanya di Sarbwan agar membayar 1 māśāka, těmwan 2 kūpang masing-masing 
  6. tidak ditumpuk penyerahannya dilakukan pada sidang istana setiap bulan Cetra hari ketiga yang diterima petugas raja yang bertugas mengumpulkan dan menjaga pajak. Mereka tidak dikenakan
IIIa.
  1. pangleyö, pelaris, pangiwo, patikěl tanah, juga tidak dikenakan segala jenis sesaji (sarana upacara), demikian pula bila beban-beban terhadap penduduk desa 
  2. Udayapatya, tidak dibebani biaya perjalanan oleh mereka para penjaga bangunan suci seperti beliau yang menjaga kuturan tidak dikenakan phabharu dan 
  3. mereka diperbolehkan membangun, membuat berbagai jenis persiapan untuk sambungan ayam, tidak dibatasi jumlah sambungannya. Tidak perlu dimintakan ijin tidak aděgana (dipermaklumkan) 
  4. tidak dikenakan ongkos taji dan bulang (pengikat taji). Selanjutnya bila ada warganya menyembelih kerbau, sapi, babi, kambing, yang sebanyak-banyaknya diperuntukkan untuk bangunan suci 
  5. di desanya, tidak terhitung jumlahnya menyembelih, semua tidak perlu dimintakan ijin, tidak akan dikenai denda. Demikian pula 
  6. bila ada penduduk tidak mempunyai meninggal di desanya, semua miliknya dipersembahkan kepada Hyang Api di desanya. Dan bila terjadi
IIIb.
  1. kebakaran di desanya, tidak dikenakan papaděm (biaya pemadaman api atau kebakaran). Namun setiap keluarga membayar 1 kūpang bagi para wanita, bagi laki-laki dikenai 3 sāga setiap bulan Magha. 
  2. Juga membayar iuran aspaspan (sejenis iuran untuk pedupaan) tidak dikenai paṛmṛm, wintang mar ñit (bintang berkelap-kelip) tidak dikenakan iuran sawah bagi warga Udayapatya di desanya, seperti 
  3. di Padang Aruna, di Subak Dadap, di Subak sebelah Utara rumah, di Subak Parumahan, di Subak Padangni 
  4. di Subaak Teger, di Subak Air Batu, di Subak Pujung, di Subak Kampinis, di Subak sebelah Selatan rumah, 
  5. di Subak Sak, di Subak Burwan, Subak Pande, Subak Sawan, Subak Paryyada, 
  6. Subak Anakapi, Subak Tatlu, Subak Air Malet, Subak Dapet, demikian banyak sawah
IVa.
  1. warga Udayapatya di desanya. Kemudian batas-batas desanya di sebelah Timur 
  2. jurang Air Manis, batas Selatan Kala…..berbatasan dengan desa Alangbatu, batas sebelah Barat Ranyingan 
  3. berbatasan dengan desa Sakaran, batas di sebelah Utara Bubung Hyang Tamban berbatasan dengan desa Kdisan. 
  4. Demikian luas wilayah desa warga atau penduduk Udayapatya yang ditetapkan dalam pertemuan berdasarkan kesepakatan. Adapun bila ada bangunan suci 
  5. dukun (balyan) bertempat tinggal di desanya tidak perlu dilaporkan ke Pujung. Dan bila ada orang laki-laki termasuk hutangnya mengungsi ke 
  6. desa Udayapatya tidak diambil dan diperiksa, karena pernah ada orang dengan paksa mengambil serta memeriksa, tidak diduga
IVb.
  1. dikenai denda sebanyak 1 mas suwarna, 9 māśāka dan tidak dikenai mataruh masurih dan bila ada sahabat sewilayahnya mengambil kerbau, 
  2. sapi, babi, kambing, ayam, itik seluruhnya itu patutlah penduduk desa, wajib dikenai iuran 1 mas suwarna, 4 māśāka oleh penduduk 
  3. kemudian diumumkan oleh salah seorang paramadhyasta, walaupun tidak dikenai denda. Demikian isi dari anugerah beliau 
  4. paduka śri mahārāja, kepada penduduk Udayapatya. Keputusan tersebut telah disaksikan di persidangan oleh para pejabat tinggi kerajaan anggota Dewan Permusyawaratan Paripurna Kerajaan 
  5. terutama para senāpati, yang terhormat para pendeta Śiwa dan Buddha. Para pejabat yang ada saat itu 
  6. Sang Senāpati Balīmbunut bernapa Mpu Anakas, Sang Senāpati Dinganga bernama Mpu Udasina, Sang Senāpati Wrasanten bernama Mpu Amarulung
Va.
  1. Sang Senāpati Mañiringin bernama Mpu Wirengsatru, Sang Senāpati Sarba bernama Mpu Hitawaśana, Sang Senāpati Kuturan bernama Mpu 
  2. Wahita, Samgat Mañuratang Ajñā I Hulu bernama Madatanweingreh, Samgat Mañuratang Ajñā I Tngah bernama Mitadhara, Samgat Mañuratang 
  3. Ajñā I Wuntat bernama Amudagmudag, Samgat Mañumbul bernama Diraja, Samgat Caksu Karanapura bernama Walaharsa, Samgat 
  4. Caksu Karanakranta bernama Antabhaya, Samgat Pituha bernama Jugulpunggung, para pendeta agama Śiwa, Mpungku di Hyang Padang bernama Ḍang Acaryya 
  5. Agreśwara, Mpungku di Binor bernama Ḍang Acaryya Rsi Taruna, Mpungku di Banugaruda bernama Ḍang Acaryya Witningjaya, Mpungku di Makarun 
  6. bernama Ḍang Acaryya Indrangśa, samgat juru wadwa bernama Sarangga, para pendeta agama Buddha, Mpungku di Kadhikaran bernama Ḍang Upadhyaya Sarwwarja
Vb.
  1. Mpungku di Purwwanagara bernama Ḍang Upadhyaya Laloken, Mpungku Nalnja bernama Ḍang Upadhyaya Wlas, Samgat Mangirengiren 
  2. Wandami bernama Wangśapriya //O//

1 comment: