Horizontal Navigation

Monday, October 22, 2012

Pangempon Pura Dalem Balingkang

Pangempon dalam hal ini berarti sekelompok masyarakat baik itu organisasi banjar, atau desa adat yang mengurusi segala sesuatunya agar pura yang diemponnya dapat difungsikan dengan sebaik-baiknya oleh umat panyungsung. Artinya pangempon pura bukan berarti hanya warga pangempon saja yang boleh menggunakan pura tersebut sebagai sarana untuk menyelenggarakan kehidupan beragama Hindu. Begitu pula dengan Pura Dalem Balingkang sudah pasti ada yang bertanggungjawab atau mengurus (pangempon) segala sesuatu yang diperlukan untuk memelihara kesucian pura, sarana prasarana (upakara), dan menjalankan upacara piodalan setiap tahunnya.
Pangempon Pura Dalem Balingkang adalah Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamanai, Kabupaten Bangli. Di mana Desa Pakraman Pinggan mempunyai kewajiban untuk memelihara dan bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperlukan di Pura Dalem Balingkang, khususnya untuk menjaga kesucian dan melaksanakan piodalan di Pura Dalem Balingkang. Selain Desa Pakraman Pinggan sebagai pangempon uttama, juga ada Banua Pangemong yang ikut manyungsung Pura Dalem Balingkang. Adapun beberapa desa pakraman yang ikut mebanua, yaitu : Desa Pakraman Tembok, Desa Pakraman Gretek, Desa Pakraman Sambirenteng, Desa Pakraman Les-Penuktukan di Singaraja, serta Desa Pakraman Siakin di Bangli. Desa-desa pakraman tersebut memiliki kewajiban masing-masing pada saat piodalan di Pura Dalem Balingkang, yaitu mempersembahkan atos desa (hasil kebun yang dimiliki) berupa buah kelapa, garam, daun enau, dan lain-lainnya. Selain pangempon dan banua pangemong di atas ada juga desa panyucuk yang ikut serta dalam pelaksanaan upacara piodalan di Pura Dalem Balingkang. Adapun beberapa desa pakraman yang menjadi desa panyucuk di Pura Dalem Balingkang tersebar dibeberapa kabupaten di Bali, yaitu :
Kabupaten Bangli :
1.        Desa Pakraman Songan,
2.        Desa Pakraman Abang,
3.        Desa Pakraman Buahan,
4.        Desa Pakraman Abang Suter, dan
5.        Desa Pakraman Kedisan.
Kabupaten Buleleng :
1.        Desa Sangsit,
2.        Desa Sudaji,
3.        Desa Kerobokan,
4.        Desa Alas Harum, dan
5.        Desa Bontihing.
Kabupaten Gianyar :
1.        Desa Petak,
2.        Desa Benawah,
3.        Desa Mantring,
4.        Desa Panyembahan,
5.        Desa Madangan,
6.        Desa Padpadan,
7.        Desa Bon Nyuh,
8.        Desa Payangan,
9.        Desa Bayad,
10.       Desa Meneca, dan
11.       Desa Malingih.
Kabupaten Tabanan :
1.        Desa Sari Bwana, dan
2.        Desa Sekar Gula.

Sumber : Purana Pura Dalem Balingkang (2009)

Tuesday, October 9, 2012

Piodalan di Pura Dalem Balingkang

Piodalan adalah suatu perayaan di pura atau kahyangan yang dilaksanakan oleh para pangempon atau panyungsung pura tersebut. Piodalan pada suatu pura biasanya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali (bedasarkan pawukon atau wuku) dan setiap 1 tahun sekali (bedasarkan sasih). Piodalan di Pura Dalem Balingkang, Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Bangli dilaksanakan setiap satu tahun sekali berdasarkan sasih yaitu pada hari Purnama Kalima (purnama bulan ke-5 dalam perhitungan kalender Bali) jatuh antara bulan Oktober sampai November. Pada saat piodalan di Pura Dalem Balingkang umat Hindu di seluruh pulau Bali maupun di luar pulau Bali berduyun-duyun melaksanakan persembahyangan atau tirtayatra untuk memohon kesejahteraan dan kelancaran setiap usaha yang digelutinya. Secara garis besar prosesi piodalan di Pura Dalem Balingkang yaitu :

1.         Nanjeb Dana (Matur Piuning)
Nanjeb dana atau matur piuning dilakukan pada hari Purnama Kapat atau sebulan sebelum piodalan di Pura Dalem Balingkang. Tujuan dari Nanjeb Dana yaitu memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Ida Bhatara-Bhatari di Pura Dalem Balingkang). Agar Beliau berkenan untuk melimpahkan segala waranugraha-Nya kepada umat sedharma, khususnya pangempon Pura Dalem Balingkang dalam pelaksanakan piodalan di Pura Dalem Balingkang yang akan berlangsung. Nanjeb Dana ditandai dengan menancapkan suwiran dan ngunggahang tapakan linggih sebagai tanda akan di laksanakannya piodalan. Nanjeb Dana sering pula di sebut ngeker desa oleh masyarakat pangempon Pura Dalem Balingkang, yaitu Desa Pakraman Pinggan.

2.         Ngamedalang Ida Bhatara
Ngemedalang Ida Bhatara di Pura Dalem Balingkang dilakukan pada saat malam hari yaitu tepat jam 12 malam (tengahinglatri). Ngemedalang Ida Bhatara di Pura Dalem Balingkang tidak dilaksanakan apabila bertepatan dengan rahina Pasah (:Tri Wara), Saniscara (:Sabtu) dan Soma (:Senin), hal ini berdasarkan Desa Kala Patra yang berlaku di Desa Pakraman Pinggan menganggap bahwa hari tersebut merupah hari mati (hari tidak baik untuk melaksanakan upacara keagamaan khususnya Dewa Yadnya). Hal tersebut yang mempengaruhi lama tidaknya pelaksanaan piodalan di Pura Dalem Balingkang (nyejer). Pada saat piodalan semua arca pralingga (Ida Bhatara) disthanakan di Pemaruman Agung yang berada di Madhya Mandala, kecuali Ida Bhatara di palinggih Saraswati, Tanggun Titi, Ratu Ayu Mas Subandar, Jro Kanginan, dan Jro Kawanan.

3.         Mapeningan (Makiyis)
Mapeningan atau Makiyis biasanya dilalakukan di pura beji atau sumber-sumber mata air (patirtan) yang dipercaya memiliki nilai kesucian yang tinggi. Di samping itu juga makiyis biasanya dilakukan pada pura yang mempunyai hubungan historis dengan Pura Dalem Balingkang. Pelaksanaan makiyis di Pura Dalem Balingkang tergantung pada situasi dan kondisi berdasarkan hasil peparuman prajuru atau rapat prajuru dan panitia Pura Dalem Balingkang. Secara umum makiyis bertujuan untuk menyucikan arca pralingga Ida Bhatara dalam hal ini arca pralingga di Pura Dalem Balingkang.

4.         Mepada  dan Katur Bhakti Piodalan (Puja Wali)
Katuran Bhakti Piodalan merupakan puncak dari upacara piodalan di Pura Dalem Balingkang, yaitu pada Purnama Kalima yang dilaksanakan pada malam hari. Sebelum melaksanakan upacara bhakti piodalan diawali dengan melaksanakan upacara Mepada Wewalungan yang bertujuan untuk menyucikan hewan kurban (Kerbau, Kambing, Babi, Bebek, dan Ayam) dan semua sarana upakara lainnya. Sealain bertujuan untuk menyucikan sarana upacara, mepada juga bertujuan untuk menyucikan Bhuwana Agung khususnya di areal Pura Dalem Balingkang. Upacara mepada dilaksanakan mengelilingi areal pura sebanyak tiga kali searah jarum jam (purwa daksina). Setelah selsai upacara mepada dilanjutkan dengan menyembelih hewan kurban (kerbau ; jro gde) oleh Jro Kubayan Kiwa Desa Sukawana sebagai lambang persembahan hewan kehadapan Ida Bhatara-Bhatari di Pura Dalem Balingkang.

5.         Katur Bakti Pengatep (Penganyar)
Bhakti Penganyar ini dilaksanakan setiap hari yang ditandai dengan melakukan sembahyang bersama. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari, setelah pragina igel (tari sakral) oleh desa pengempon selsasi melaksanakan ayah-ayahan atau menari.

6.         Ida Bhatara Masineb (Ngeluhur)
Setelah semua prosesi upacara di atas terlaksanakan, untuk mengakhiri prosesi piodalan di Pura Dalem Balingkang yaitu dengan Nyineb Ida Bhatara atau mensthanakan Ida Bhatara pada palinggih-Nya masing-masing. Nyineb Ida Bhatara juga tidak diperbolehkan pada saat rahina Pasah (:Tri Wara), Soma (:Senin), dan Saniscara (:Sabtu) yang dilaksanakan pada malam hari.

8.         Maprani
Maprani merupakan upacara penutup dalam rangakaian prosesi piodalan di Pura Dalem Balingkang. Upacara ini dilaksanakan sehari setelah Ida Bhatara Masineb atau Ngaluhur. Adapun tujuan dari upacara ini yaitu untuk memohon maaf kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Ida Bhatara-Bhatari di Pura Dalem Balingkang) apabila selama pelaksanan prosesi piodalan ada suatu kesalahan, baik secara disengaja ataupun tidak disengaja serta untuk memohon waranugraha Ida Bhatara agar kehidupan masyarakat senantiasa tentram dan damai.

Album Foto Pura Dalem Balingkang

       Berikut ini adalah foto-foto di Pura Dalem Balingkang mulai dari pelinggih Saraswati yang terletak pada bagian paling luar dan paling dekat dengan areal parkir sampai Utama Mandala. Dari Palinggih Saraswati kita akan turun tangga dan melewati jembatan kecil, kemudian naik tangga sedikit hingga mencapai Pura Tangguntiti. Setelah itu naik tangga hingga mencapai bagian luar Pura Dalem Balingkang (Jabaan) dan kemudian kita akan disambut oleh dua buah pohon cemara yang berusia sangat tua dan terdapat palinggih juga di bawah pohon tersebut. Setelah itu kita akan melewati candi bentar dan masuk menuju Madhya Mandala dan terakhir sampai pada Utama Mandala. Di bagian Madhya Mandala ini terdapat beberapa bangunan diantaranya yang paling penting adalah Pemaruman Agung, Bale Gong dan Pelinggih Ratu Ayu Mas Subandar yang bentuknya menyerupai bangunan kelenteng dengan ornamen khas negeri Tionghoa. Di samping itu di Madhya Mandala ini juga terdapat Pelinggih Jero Kawanan dan Jero Kanginan. Sedangkan di bagian Utama Mandala terdapat bangunan meru mulai dari tumpang 11 sampai tumpang 2 serta bangunan lainnya seperti Gedong Dalem Linggih Ida Bhatara Dalem Balingkang, Linggih Pertiwi, Bale Agung Saka 24 dan sebagainya. Di Bagian luar panyengker pura (pagar) yang terletak pada bagian paling utara pada arah mata angin setempat terdapat sebuah pelinggih yang terletak di bawah pohon beringin yang sering disebut sebagai Linggih Bingin dan Pura Bujangga. Sebagai catatan arah utara (hulu) di Pura Dalem Balingkang mengacu pada puncak tertinggi di area ini yaitu Pura Puncak Penulisan (Desa Sukawana).

Monday, October 8, 2012

Struktur Bangunan dan Palinggih di Pura Dalem Balingkang

       Berdasarkan konsepnya, Pura Dalem Balingkang menerapkan konsep Tri Mandala seperti kebanyakan pura-pura di Bali. Yang membagi ruang atau mandala menjadi tiga bagian sebagai reflika dari konsep Tri Bhuwana yaitu Bhur Loka atau Nista Mandala, Bwah Loka atau Madya Mandala, dan Swah Loka atau Utama Mandala. Sehingga sering dikatakan bahwa denah pura adalah perlambang alam semesta atau Bhuwana Agung. Akibatnya penempatan bangunan dalam pura disesuaikan dengan pembagian tersebut di atas, seperti bangunan-bangunan suci di tempatkan di Jeroan dan bangunan penunjang di tempatkan di halaman pertama atau Jabaan.

 
Denah Pura Dalem Balingkang
Keterangan bagan :
I      Uttama Mandala
1.         Tepasana sthana Bhatari Prethiwi
2.         Meru tumpang 11 sthana Sang Hyang Pasupati
3.         Meru tumpang 9 sthana Dewata Nawasanga
4.         Palinggih Pajenangan Bhatara  Dalem Balingkang
5.         Meru tumpang 7 sthana  Sang Hyang Sapta Rsi
6.         Meru tumpang 5 sthana Bhatara  Wisnu
7.         Meru tumpang 3 sthana  Bhatari Tri Purusa
8.         Meru  tumpang 2 sthana Bhatari Sri dan Bhatari Sedana
9.         Bale Tajuk
10.     Bale Tajuk
11.     Bale Tajuk
12.     Bale Tajuk
13.     Sanggar Agung rong 3 sthana Åšiwa, SadaÅ›iwa, ParamaÅ›iwa
14.     Bale Tajuk
15.     Bale Tajuk
16.     Bale Tajuk
17.     Bale Tajuk
18.     Sanggar Agung rong 3 sthana Åšiwa, SadaÅ›iwa, ParamaÅ›iwa
19.     Manjangan Sakaluwang sthana Panca Rsi
20.     Bale Mundar-Mandir linggih Pacalang
21.     Bale Mundar-Mandir linggih  Pacalang
22.     Bale Slaka saka 16
23.     Bale Mas saka 32
24.     Lumbung sthana Bhatari Sri
25.     Gedong Panghulun Bale Agung
26.     Bale Agung saka 20
27.     Bale Agung saka 24
28.     Bale Agung saka 12
29.     Bale Agung saka 16
30.     a-b Candi Bentar
II    Madya Mandala
1.         Pasimpangan Dalem Tarukan
2.         Palinggih Dukuh Sakti, bangunan yang ada meliputi :
a.  Palinggih Dukuh Sakti
b.  Piasan
3.    Gedong Simpen
4.    Jro  Kawanan, bangunan yang meliputi :
a.  Kemulan rong 3 sthana Hyang Tri Murti
b.  Padmasari
c.  Meru tumpang 2 sthana Bhatara Sri-Sedana
d.  Gedong Pajenengan
e.  Bale Piasan
5.    Pemaruman Agung
6.    Bale Pegat atau Bale Pangguangan
7.    Bale Pegat atau Bale Pangguangan
8.    Bale  Pelancang
9.    Bale  Pelancang
10.  Bale Paebatan
11.  Bale Perantenan Suci
12.  Bale Gong
13.  Bale Prajuru
14.  Bale Genah Punia
15.  Bale Pawedan
16.  Bale Pesantian
17.  Bale Pelancang
18.  Bale Gong Desa Petak                     
19.  Bale Gong Desa Pinggan
20.  Bale Gong Desa Sambirenteng        
21.  Palinggih  Ratu Ayu Mas Subandar
22.  Bale Kulkul                          
23.  a-b Çang Apit atau pintu masuk
24.  Candi Bentar
III   Nista Mandala
1.    a  - b Palinggih Apit Lawang
2.    a  - b Palinggih Pasesanjan
A.   Pohon  Beringin dan Palinggih Bingin
B.   Pura Bujangga,  bangunan yang ada meliputi :
1.    Padmasana
2.    Meru tumpang 3, Pajenengan Bujangga
3.    Bale Piasan
C.   Jro Kanginan, bangunan yang ada meliputi :
1.    Meru tumpang 3 sthana Tri Murti
2.    Padmasari
3.    Gedong Sari
4.    Palinggih  Panca Resi
5.    Bale Piasan
6.    Bale Piasan
7.    Panggungan
D.   Pura Tangguntiti, bangunan yang ada meliputi :
1.    Palinggih  Ratu Mas Malanting
2.    Palinggih  Ratu Ngurah Tangguntiti
3.    Bale Piasan
4.    Panggungan
5.    Palinggih Ratu Gde Penyarikan
6.    Bale Gong
E.    Pura Beji
F.    Jembatan
G.   Palinggih Sang Hyang Haji Saraswasti, bangunan yang ada meliputi :
1.    Padmasari
2.    Bebaturan
3.    Gedong
H.   Tempat parkir
I.     Jalan
J.     Sungai
K.   Kamar mandi dan warung

Sumber : Purana Pura Dalem Balingkang (2009)